Terima kasih atas kunjungan anda di blog Galeri Foto Senoaji Kalimasadha, semoga bermanfaat...

24 Juni 2009

Nakula - Sadewa

NAKULA-SADEWA. Keduanya adalah putra kembar dari Madrim, istri kedua Pandu. Sadewa dikenal memahami Astronomi dan memahami masalah taktik logistik peperangan karena memiliki pengetahuan tentang peternakan. Nakula memiliki ajian Pranawajati yang membuatnya dapat mengingat peristiwa dan pelajaran yang diberikan.
Menjelang perang Baratayudha Kresna menyuruh Nakula dan Sadewa untuk mengunjungi pamannya, Salya, guna mengetahui rahasia kelemahan
aji Candrabirawa. Mereka berdua membawa belati yang diserahkan ke Salya, dan meminta Salya membunuh mereka saat itu juga karena dalam peperangan Baratayudha tidak akan ada yang dapat mengalahkan Candrabirawa.
Salya yang terharu kemudian memberitahukan bahwa ia hanya dapat dibunuh oleh Yudistira yang
memiliki darah putih bangsawan dan titisan Betara Dharma.
Nakula kemudian menjadi raja Mandaraka menggantikan pamannya Salya setelah perang Baratayudha usai, sedangkan Sadewa menjadi patih di Hastina
membantu Yudistira.***

Arjuna / Janoko

ARJUNA. Ia dikenal sebagai anggota Pandawa yang rupawan dan sakti mandraguna. Ia juga dikenal dengan nama Janaka, Dananjaya, Indraputra, dan Indrasuta. Ia dikenal sebagai kstaria yang memiliki segudang pusaka dan wanita. Ia memakai kain limar ketanggi, memiliki panah Pasopati pemberian Betara Guru, panah Ardadedali dari Betara Kuwera, panah Cundamanik dari Betara Narada, panah Sangkali, Candranila, Sirsha, Kiai Sarothama, dan Naracabala, busur Gandiwa pemberian Betara Indra, terompet perang Devadatta yang dapat menghancurkan moral pasukan musuh, keris Kalanadah yang ia berikan ke Gatotkaca, cincin mustika ampal yang diambil dari lawannya Ekalaya, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni yang diberikan ke Abimanyu, dan sejumlah pusaka lain yang menempel di tubuhnya. Ia memiliki dua ekor kuda sakti yang diberikan dewata yakni Argapuspa dan Puspagati. Arjuna menikah dengan Sumbadra dan memiliki anak Abimanyu yang sangat ia sayangi. Arjuna menikah dengan Larasati dan memiliki anak Sumitra dan Bratalaras. Ia menikah dengan Srikandi namun tidak memiliki anak karena Srikandi tewas oleh Aswatama. Ia menikah dengan Palupi dan memiliki anak Bambang Irawan. Ia menikah dengan Jimambang dan memiliki anak Kumaladewa dan Kumalasakti. Ia menikah dengan Ratri dan memiliki anak Bambang Wijanarko. Ia menikah dengan Dresnala dan memiliki anak Wisanggeni. Ia menikah dengan Wilutama dan memiliki anak Wilugangga. Ia menikah dengan Manuhara dan memiliki anak Pergiwa dan Pergiwati. Ia menikah dengan Supraba dan memiliki anak Prabakusuma. Ia menikah dengan Antakawulan dan memiliki anak Antakadewa. Ia menikah dengan Juwitaningrat dan memiliki anak Bambang Sumbada. Ia juga menikah dengan beberapa wanita lain namun tidak memiliki anak. Arjuna mengalahkan raksasa Niwatakawaca yang ingin menguasai Kahyangan untuk memperoleh berbagai pusaka tersebut di atas dan menikah dengan 7 bidadari kahyangan. Arjuna berguru dengan banyak resi dan belajar banyak ajian sakti namun ia sangat patuh kepada Yudistira dan Kresna. Selama perang Baratayudha ia dijaga oleh Kresna agar tidak bertemu dengan Karna selama ia memegang pusaka Konta (Wijayandanu). Arjuna selalu ditempatkan sebagai panglima di tengah prajurit sehingga tidak terlihat menonjol seperti Bima dan Gatotkaca yang berada di garis depan. Akan tetapi ia dan Bima berperan penting untuk menghadapi Bisma dan Dorna selama peperangan agar mereka tidak membunuh lebih banyak para perwira Pandawa. Ia akhirnya membunuh Karna dengan Pasopati setelah senjata Konta dipakai untuk melawan Gatotkaca.***

Bima / Senoaji

BIMA. Nama lainnya adalah Bratasena, Senoaji, atau Werkodara. Ia dikenal sebagai Pandawa yang bertubuh tinggi besar, memiliki kuku sakti Pancanaka dan dalam beberapa ilustrasi pewayangan mengenakan kalung ular dan bersenjatakan gada Rujakpala. Sewaktu kecil, kulit Bima terbungkus sejenis “membran” sehingga menimbulkan hawa panas yang mengganggu para makhluk halus di hutan Mandalara, tempat main Bima kecil. Oleh karenanya Batara Guru kemudian mengutus Betari Durga untuk melengkapi Bima dengan kain poleng bang bintulu, kelatbahu, gelang candrakirana, kalung nagabanda, dan pupuk jarot asem. Setelah Betari Durga memasang semua kelengkapan tersebut, Gajah Sena turun diutus oleh Betara Guru untuk memecah “membran” yang membungkus kulit Bima. Gajah Sena adalah putra Gajah Erwata yang mencari kesempurnaan di Kahyangan. Gajah Sena berhasil membuka kulit tersebut, namun ia tewas oleh Bima dan tubuhnya menyatu ke dalam Bima. Begawan Sapwani kemudian mengambil sisa “membran” Bima dan memantrainya sehingga menjadi seorang ksatria bernama Jayadrata. Sewaktu remaja ia pernah dibuat mabuk oleh Kurawa dan dibuang ke sumur Jalatunda yang penuh ular. Ia diselamatkan Begawan Badawanganala yang memberinya kesaktian anti racun. Sewaktu para Pandawa diajak pesta mabuk oleh Kurawa, hanya Bima yang tidak mabuk. Ketika kurawa membakar tempat peristirahatan pandawa, maka Bima seorang diri mengangkat keempat saudaranya dan ibunya menyelematkan diri ke sebuah terowongan yang menuju ke kayangan Saptapertala. Ia kemudian menikah dengan putri Sang Hyang Antaboga (penguasa dunia bawah tanah), Dewi Nagagini, dan memiliki anak Antareja. Sewaktu kembali ke Astina rombongan Pandawa melalui hutan Pringgandani kekuasaan raja Arimba. Arimba meminta Bima menikah dengan adiknya agar mereka boleh melalui hutan ini, namun Bima melecehkan Arimba. Mereka bertarung sehingga Arimba tewas. Dewi Kunti, ibu para Pandawa, kemudian memantrai Arimbi, adik Arimba, agar menjadi cantik dan menikah dengan Bima. Bima kemudian memiliki putra bernama Gatotkaca. Bima kemudian disuruh Dorna mencari air suci tirta perwitasari di tengah samudra. Ia di tengah laut diselamatkan oleh Dewa Rutji yang memberinya pengetahuan dan kebijaksanaan mengenai air kesucian yang mengalir di dalam hati (perwitasari). Ia kemudian menikah dengan Dewi Urang Ayu, putri Batara Baruna, dan memiliki anak Antasena. Selama perang Baratayudha, Bima dan Arjuna diandalkan oleh Kresna untuk berhadapan dengan guru-guru mereka, Dewabrata dan Dorna, karena para perwira Pandawa banyak yang gugur di tangan mereka berdua. Bima banyak menewaskan Kurawa di medan perang, termasuk menghirup darah Dursasana dan mengalahkan Duryudana di perang terakhir antara Pandawa dengan Kurawa.***

Yudhistira / Puntadewa

YUDHISTIRA. Dikenal juga dengan nama Darmawangsa, Darmakusuma, Kantakapura, Gunatalikrama, Puntadewa, dan Samiaji. Yudistira dianggap sebagai keturunan Dewa Keadilan, Batara Dharma. Ia adalah tipe murni seorang Raja yang baik. Darah putih mengaliri nadinya. Ia tidak pernah murka, tidak pernah bertarung, tidak pernah juga menolak permintaan siapa pun, betapapun rendahnya sang peminta. Waktunya dilewatkan untuk meditasi dan penghimpunan kebijakan. Senjata pusaka Yudistira adalah Kalimasadha yang misterius, naskah keramat yang memuat rahasia agama dan semesta. Dia adalah cendekiawan yang memerintah dengan keadilan dan kemurahan hati. Ia konon tidak memakai perhiasan, kepala selalu merunduk sebagai tanda mawas diri, dan raut muka bangsawan yang halus. Kelemahan Yudistira adalah judi. Kelemahannya ini telah mengakibatkan dirinya dan adik-adiknya tertipu dan dikalahkan dalam adu judi oleh Duryudana, Raja Hastina. Yusdistira (dan Pandawa keseluruhannya) terpaksa menyerahkan negaranya dan membuang diri ke hutan selama 13 tahun. Sewaktu perang Baratayudha, ia berada di kereta perang bersama Kresna menemui Dorna. Bima yang telah membunuh gajah Hastathama meneriakan suara Aswatama sehingga Dorna mengira anaknya (Aswatama) telah mati. Agar strateginya berhasil, Kresna membawa Yudistira ke medan perang dan memintanya mengatakan bahwa Aswatama yang tewas oleh Bima. Akibat perbuatannya ini Yudistira mendapat hukuman. Kereta perangnya yang semula dikaruniai kemampuan melayang sejengkal di atas tanah, kini terpaksa harus turun menginjak tanah. Selain itu, ia adalah satu-satunya kstaria yang berhasil membunuh prabu Salya dari Mandaraka. Salya adalah ksatria tanpa tanding dengan kesaktiannya aji Candrabirawa. Candrabirawa adalah raksasa yang menetap di dalam tubuh Salya, dapat dikeluarkan dan diperintah sesuka pemiliknya. Tidak ada yang dapat membunuh Candrabirawa kecuali pemiliknya mati. Oleh karenanya Kresna membawa Yudistira untuk bertarung dengan Salya. Salya sebenarnya enggan berperang dengan Yudistira karena ia tahu Yudistira adalah titisan Batara Dharma. Semua anak panah Salya tidak ada yang sanggup mengenai Yudistira. Ia kemudian menantang Yudistira untuk menyerangnya. Satu anak panah Yudistira yang diarahkan ke tanah memantul ke arah Salya dan menembus jantungnya. Yudistira menikahi Drupadi dan mempunyai satu putra bernama Pancawala yang tewas oleh Aswatama yang membalas dendam kematian Dorna.***